Minggu, 24 Maret 2013

42:46 (2)




Dan benarlah, 1 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi kau dan aku. Aidii Safarah, nama yang bakal melekat terus dan menjadi doa serta pembuktian kita. Ya, kau dan aku mulai saat itu akan berjuang mewujudkan setiap doa yang kita lantunkan. Maka mulailah tersenyum. J

***

Saat kau terlalu rapuh
Pundak siapa yang tersandar
Tangan siapa yang tak melepas
Kuyakin aku

Kisah demi kisah kita rangkai… ada ucapan dan dekapan yang menularkan kekuatan. Benar, saat kau rapuh dengan segala impian…saat kau rapuh karena cacian… saat kau rapuh dengan ikatan.. ingat lagi, pundak siapa yang tak pernah lelah menampung semua amarahmu yang mengalir melalui air mata. Tangan siapa yang takkan melepas genggamannya, berusaha menarikmu dari rapuh. Kita memang selalu di uji dengan ‘kerapuhan’ untuk membuat kita kokoh. 


          -Iya, katamu-

Kau tau, aku tak ingat semua detil kisah demi kisah yang pernah terjadi dan kita rangkai bersama. Jika bisa, ingin rasanya aku memperbudak waktu untuk memutar lagi setiap petualangan yang kita punya. Akanku paksa waktu untuk menceritakan detil yang pernah kita lalui. Aku akan menelisik otakku yang menyimpan memori detil itu entah dimana..

-Aku juga, katamu-

Aku terus mencoba menarik kembali kejadian beberapa tahun lalu.. aku mulai bertanya kepada siapapun yang ingatannya sangat terikat tentang kita. Lalu, aku menemukannya dalam ingatan sang 31 yang mengutarakan bahwa saat kita terkesan membuat satu sama lain ‘rapuh’ padahal kita sama-sama berusaha untuk membuatnya kokoh.

Apa kau ingat? Ketika kita saling menulis ungkapan rasa senang, sedih, kecewa dan nasehat untuk kita.. satu sama lain saling berbalas bahasa. Satu sama lain saling mengkritik yang mengesankan kebencian. Ada yang benar-benar bertengkar setelah itu. Dan ada yang semakin akrab dan saling mendukung setelahnya. 

-kau mulai mengingat-

Mungkin kejadian yang kita ciptakan itu adalah sebagai peluapan rasa kesal satu sama lain.. ungkapan rasa benci saat itu. Namun, coba ingat lagi.. jika kau tak pernah mengkritik satu sama lain, kita takkan pernah sekuat ini. jika kita tidak menciptakan kodisi yang membuat kita ‘rapuh’ sendiri, kita takkan pernah sekokoh ini.

Kertas-kertas itu, apakah kau masih menyimpannya? Kertas-kertas itu, yang berisikan tulisan tulus, dendam, benci dan kebahagiaan, apakah kau masih menyimpannya? Jangan merasa bersalah, aku juga tak tau lagi dimana kertas-kertas nasehat bahkan amarah darimu ku simpan. Mereka mungkin telah lenyap. Entah dimana….

Namun, coba kau ingat lagi apa yang pernah kau baca dari potongan-ptongan kertas itu.. apakah ke’rapuh’an yang sengaja kita ciptakan benar-benar membuatmu kokoh? Maka bernarlah, kita pernah menciptakan ‘rapuh’ untuk kita. Dan kita akan tetap kokoh karena pernah ‘rapuh’

Dan pundak pundak kita akan saling tersandar ,menopang luapan amarah. Dan tangan-tangan kita saling menggenggam ,menguatkan.






Sabtu, 16 Maret 2013

Sang Penyejuk



Sepertinya sekarang matahari mulai menemukan percaya dirinya untuk terus berada, bertengger di langit.. diantara awan-awan yang menipis diterpa sinarnya. Nyanyian burung-burung juga mulai teredam, entah kenapa…sepertinya semilir angin membuatnya bisu. Sementara daun yang tadi pagi kulihat masih hijau indah, kini mulai mengerang, tak tau harus berlindung dimana. Matahari membuat permukaannya sedikit kecoklatan.

Aku masih duduk..diam..mengamati… kamu berdiri persis di depanku… sejuk menjalar di sekujur tubuhku. Entah bagaimana, kamu selalu menyejukkan. Didekatmu, aku selalu menemukan semangat yang tadi hangus dibakar matahari.

“kamu tidak lelah?” tanyaku…

Kamu tak menjawab, hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Sebenarnya aku mencemaskanmu. Tapi setiap kali aku bertanya, kamu hanya menggeleng lantas terus berdiri didepanku..membisu..tak ada satu katapun yang keluar.

Aku mulai mencari kesibukan yang bisa membuatku berhenti memikirkanmu. Maka aku mengambil salah satu novel yang terjejer gagah di “kerajaan huruf” ku. Lantas aku terus membolak balik halamannya, dan sesekali melirik ke arah mu yang masih berdiri. Kali ini disampingku.

“apa kau baik-baik saja?” tanya ku lagi

Kali ini aku sangat khawatir denganmu..kau terlihat lelah sekali.. sudah..sudah cukup kali ini. biar hawa gerah matahari sesekali merasuki ku… maka aku beranjak dari kenyamananku dan mendekat pada mu… sudah..sudah cukup… aku memang tak akan nyaman jika tidak ada kamu.. tapi kali ini sudah…cukup…

Lalu aku menekan tombol off yang ada di kaki mu… Ah… Depok kali ini panas sekali… semantara kipas angina telah kumatikan..

Sabtu, 09 Maret 2013

hanya rasa


Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, aku setengah hidup memikirkannya.. keberadaanmu tadi malam di alam bawah sadarku, kamu merasuki perjalanan di tidurku....apakah kau sengaja membuatku penasaran? Keterlaluan.. sungguh keterlaluan..

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, aku sangat menyesal untuk tidak mengingat seperti apa wajahmu di mimpiku semalam.. yang ku tau… kau memakai jas, tersenyum ke arahku…

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, aku masih merasakannya.. jantung ini terpaksa bekerja lebih keras… kau hadir begitu saja dan membuat semuanya.. ah, aku tak tau cara mengungkapkannya.. saat kamu keluar dari taksi itu.. sementara aku berdiri.. dan mulai berjalan kearah mu.. kamu juga..berjalan ke arahku.. kita tersenyum

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, aku senang tak terkira.. masih terngiang..masih terbayang, bagaimana tanganmu melingkar di pinggangku sementara kita terus berjalan.. tersenyum senang.. kau mengajakku ke sebuah gedung..

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, aku sengaja terlihat manja dihadapanmu… aku tak mau ke gedung itu.. aku tak suka wilayah perkotaan.. dan sembari kau menyandarkan tubuhmu di mobil, kau lamat-lamat mendengarkan keluhanku tentang perkotaan.. aku lebih suka ke pantai..ke gunung.. pintaku.. dank au berjanji akan menemaniku dan membawaku ke sana..

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…

Kamu tau, itulah cerita kita.. cerita kamu dan aku… di perjalanan mimpiku semalam.. aku tak mengerti dan tak tau siapa kamu.. mungkin Tuhan sengaja mengirimkanmu di mimpiku.. biarlah… kamu tau, sampai saat aku menuliskan tentangmu melalui huruf-huruf tak terjamah ini.. aku masih merasakan bahagia itu.. aku masih merasakan.. aku jatuh cinta.. sangat… :’)

Aku masih merasakannya.. wahai, orang yang seenaknya merasuki mimpiku… dan ketika subuh memunculkan auranya..kau berlalu.. dan akhirnya aku hanya bisa merasakanmu.. tidak mengingat wajahmu… :’)

Hei, siapa sebenarnya kamu? Seenaknya merasuki mimpiku…