Jumat, 25 Januari 2013

kena

ada yang beda pas buka  message FB pagi ini, 120 message yang kudu dibaca demi pemenuhan hasrat kepo >.<
ya, pagi ini gue baca diskusi nak2 aspi tadi malam tentang memenuhi undangan nikahannya salah satu senior waktu SMA, dan yang menarik dari semua huruf2 tak terjamah yang gue baca adalah doa dari Rahmalia Qadrina

"semoga Allah memberikan pasangan yang ganteng hati dan ganteng rupa,,,, buat teman2 nan cantik niiee... assalamu'alaikum..."


Minggu, 13 Januari 2013

42:46



42:46, Kau pasti tau artinya apa artinya? ya, ini adalah kau dan aku. Aku yakin kadang kau masih menyesali perpisahan kita. Kau juga diam-diam sering mengamati perkembangan sesama kita dan setiap detik kau lewati dengan serpihan kata “rindu”.. Sudahlah, jangan mengelak dengan kebenaran yang ku katakan. Kau tau, tak ada beda di antara kita. Kau begitu, akupun juga begitu. Lantas apa yang membuatmu malu mengakuinya? Kau membuat dirimu seolah-olah tak peduli lagi dengan kebersamaan kita, kau membuat dirimu seolah diliputi kesibukan yang sangat ketat sehingga kau luput dari ajakan untuk sekedar bercengkrama menceritakan masa lalu. Dan setelah itu kau menyesali sikapmu yang sedikit pengecut untuk mengakui sebenarnya kau juga ingin bercerita, kau juga ingin mendengar cerita.

Sekarang, aku memaksamu untuk terus menatap, mengamati, dan menemukan arti dari setiap huruf yang ku tulis tentangmu. Kau boleh saja marah, sedih, kecewa, dan benci. Tapi kau tak bisa mengelak, membohongi dirimu sendiri bahwa sebenarnya kau memang “rindu”.   

-kau mulai mengangguk-

2008, kita memulai cerita dengan pertemuan yang sedikit tak mengenakkan, penuh keasingan dan malu-malu. Hari berlalu dan waktu terus membujuk kita untuk saling mengenal. Banyak peristiwa yang membuat kita terpaksa bicara sampai akhirnya mulai saling memahami. Lalu, otak kita juga diperas untuk memikirkan sebuah nama sebagai lambang bahwa kita itu satu.

Kau ingat, kita sering sekali berdebat dan memaksa diri berpikir lagi untuk menemukan nama terbaik. Kau banyak sekali mengusulkan nama dengan kandungan doa-doa bahagia penuh harapan. Akupun begitu, namun setelah kupikir-pikir nama yang kuusulkan tak lebih baik darimu.

Hari itu, setelah salat subuh berjamaah kau mengajak kita berkumpul di ruang bersejarah itu. Kau, yang masih mengenakan seragam imtaq subuh melangkahkan kaki dengan gugup… ah tidak, kau melangkahkan kaki dengan yakin. Yakin bahwa hari ini bakal jadi moment penting kita.

-pikiranmu mulai menerawang ke masa itu-

Dan benarlah, 1 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi kau dan aku. Aidii Safarah, nama yang bakal melekat terus dan menjadi doa serta pembuktian kita. Ya, kau dan aku mulai saat itu akan berjuang mewujudkan setiap doa yang kita lantunkan. Maka mulailah tersenyum. J


Rabu, 09 Januari 2013

cerita




Setiap cerita selalu dimulai dengan pertemuan. Begitu juga dengan cerita hidup, dimulai dari pertemuan dengan dunia yang bersedia menampung raga ini. Cerita tentang keluarga, dimulai ketika pertama kali membuka kedua mata dalam pelukan ayah bunda. Begitulah cerita, selalu dimulai dengan pertemuan. Lantas, apakah perpisahan mengakhiri sebuah cerita? Mungkin saja iya, bagi orang yang tak terkesan dengan suatu pertemuan. Tapi kebanyakan tidak. Malah perpisahan kadang membuat cerita yang telah terjadi semakin merakat dan bahkan memulai cerita baru, ya cerita tentang saling memperhatikan, cerita saling merindukan, dan cerita saling memikirkan bahkan mendoakan satu sama lain dalam diam.

Aku punya cerita tentang pertemuan dan perpisahan. Ah, mungkin saat ini kita belum benar-benar berpisah karena kau masih sering menampakkan diri dihadapanku. Masih lekat dalam ingatanku ketika pertama kali aku melihat dan berusaha mengenal siapa kamu. Saat itu, kau memakai kemeja berwarna ungu berbicara di hadapan banyak orang sementara aku adalah pemerhati sang pembicara, kamu. Saat itu, aku terus memperhatikanmu sampai waktunya kita berpisah, acaranya selesai.

Lalu, aku berusaha bertanya kemanapun sebisaku tentangmu. Aku sangat sulit menghafalkan dan menyebutkan namamu kala itu. Aku terus berusaha mengingatnya agar aku bisa mencari tahu siapa dirimu melalui sudut serba tahu ‘google’. Sayangnya, otak dan pikiranku kala itu tak bekerjasama, aku lupa siapa namamu. Huft, sangat mengesalkan.  Lalu aku pasrah tentangmu, aku tak berniat lagi mencari tahu siapa kamu dan beranjak melupakan kesan pertama melihat dan memperhatikanmu.

Suatu hari, aku menemukan lagi nama mu. Aku langsung mengetikkan nama itu di layar komputerku dan bermunculanlah sekelabat informasi tentangmu. Aku tersenyum, “akhirnya aku tau siapa dia” batinku. Lalu aku mulai rajin memerhatikan sosokmu walau sekedar membuka laman tentangmu. Kebiasaan itu terus berlanjut sampai… ah, aku bahkan tak tau sampai kapan.

Cerita, selalu diawali dengan pertemuan, dan perpisahan belum tentu sanggup mengakhirinya. Cerita tentangmu semakin kuat dalam benakku. Aku bertemu lagi denganmu. Kau dan aku saling tahu, itu kesempatan indah yang diberikan Sang Maha Tahu kepadaku. Akan dimulai cerita baru tentangmu, ah bukan cerita baru tapi lanjutan dari cerita yang telah sempat kurangkai tentangmu. Sekali lagi, kau dan aku saling tahu. Entah kenapa aku sangat senang atas keadaan ini.

Kau mulai menceritakan sekelebat tentang dirimu. Lantas aku juga bercerita tentangku. Aku sangat senang atas keadaan ini. kau dan aku saling tahu. Terimakasih Tuhan.  Hanya itu, kau dan aku saling tahu.. Bukankah cerita bahagia ini sangat sederhana? Kau dan aku saling tahu. Memang bahagia itu sederhana. Cerita.